Buku ini menceritakan tentang betapa mulianya seorang ibu. Betapa perhatiannya seorang ibu. Betapa pentingnya seorang ibu di dalam hidup kita. Buku ini dipenuhi dengan banyak pesan moral yang membuat kita semakin cinta kepada ibu kita.
Buku ini dimulai dengan menceritakan betapa pentingnya kita di dalam hidup seorang ibu. Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa ibu adalah malaikat yang dikirim oleh tuhan. Katanya ibu adalah malaikat yang akan menjaga dan mengasihimu, melindungimu dengan taruhan nyawa sekalipun. Buku ini juga menceritakan bahwa ibu adalah inspirasi bagi anaknya. “Seorang ibu akan berjuang demi mengubah nasib anaknya menjadi lebih baik. Seorang ibu mendukung cita- cita anaknya dan apa yang diinginkannya selagi itu baik dan dapat dilakukan olehnya. Dan apa yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi inspirasi bagi anaknya.” Itu adalah sebuah kutipan dari halaman 10 dalam buku ini.
Kasih ibu sepanjang masa. Kalimat itu sering kali diucapkan oleh orang- orang. Dan kalimat itu sepenuhnya benar. Seberapa kita membuat ibu kita kesal, ia akan tetap sayang kepada kita. Seberapa marahnya ibu kepada kita, pasti untuk kebaikan kita. Seberapa besar kesalahan kita, ia pasti akan memaafkan kita. Ibu pasti berbuat apapun yang ia bisa untuk membuat kita bahagia. Ia pasti berbuat apapun yang ia bisa untuk memastikan bahwa kebutuhan kita terpenuhi.
Ibu adalah orang yang paling kuat. Ketika ia sakit, ia tetap merawat kita dengan rasa sakitnya. Ketika ia kelaparan, ia akan akan bilang “sudah buat kamu saja”. Ketika ia kelelahan, ia tetap mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kekurangan ibu akan ditutupi sepenuhnya oleh sang ibu sendiri agar si anak tidak tahu. Ketabahan sang ibu memicu si anak untuk terus berusaha keras, belajar dengan tekun dan rajin serta mencintai pilihannya. Sementara kekurangan anak tak akan pernah terlihat dari pandangan seorang ibu. Ia akan terus menganggap dan berharap anaknya bisa lebih baik dari dirinya. Maka dengan segala cara ia akan memberikan jalan untuk keberhasilan anak.

Film Miracle In Cell No 7 (7beonbang-ui seonmul) merupakan film yang dibuat berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada tahun 1972 di Korea Selatan. Film yang ditayangkan pada tahun 2013 ini merepresentasikan diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami oleh seorang penyandang kebutuhan khusus. Tidak hanya itu, film ini juga memiliki fungsi sebagai kritik sastra mengenai diskriminasi terhadap penyandang kebutuhan khusus di Korea Selatan. Dalam waktu satu bulan sejak penayangan film ini, film ini mampu menjaring 10 juta penonton. Selain itu, film ini juga mendapatkan rating 8,2 dari 10 (menurut imdb). Oleh karena itu, film ini menjadi salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini akan dianalisis menggunakan teori diskriminasi dan sosiologi sastra. Teori sosiologi sastra merupakan teori yang menganggap bahwa karya sastra memiliki kaitan dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Penggunaan teori ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi terhadap penyandang kebutuhan khusus yang terdapat dalam film Miracle in Cell no 7. Selain itu, dapat diketahui juga bagaimana film ini berfungsi sebagai representasi dan kritik terhadap diskriminasi yang dilakukan kepada penyandang kebutuhan khusus di Korea Selatan. Melalui analisis yang dilakukan, ditemukan bentuk-bentuk diskriminasi yang terdapat dalam film Miracle in Cell no 7. Bentuk-bentuk tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat dan diskriminasi dalam bidang hukum. Akibat adanya diskriminasi, Lee Yong Goo menjadi menerima bentuk perlakuan tidak adil yang menyimpang dari norma sosial kemanusiaan. Bentuk-bentuk diskriminasi tersebut dianalisis menggunakan undang-undang bagi penyandang kebutuhan khusus untuk menunjukkan adanya kekeliruan terhadap tindakan diskriminasi kepada penyandang kebutuhan khusus. Dalam penelitian juga dijelaskan mengenai representasi diskriminasi terhadap penyandang kebutuhan khusus di Korea Selatan dan hubungannya dengan film Miracle in Cell no 7, serta kritik terhadap diskriminasi tersebut. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa film Miracle in Cell no 7 merupakan sebuah film yang dikemas untuk menyampaikan representasi diskriminasi terhadap penyandang kebutuhan khusus di Korea Selatan dan kritik terhadap perlakuan tidak adil kepada penyandang kebutuhan khusus di Korea Selatan